Featured

Membangun Mindset Calon Founder StartUp Melalui Tahap Ignition

This is the post excerpt.

Munculnya fenomena Go Jek pada beberapa tahun yang lalu membawa trend baru bagi dunia perekonomian di Indonesia. Bagaimana tidak, negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat ini memiliki peluang besar untuk mendongkrak pendapatan negara melalui bisnis bermodel startup. Bisnis yang berangkat dari penyelesaian permasalahan ini tidak begitu memerlukan lahan yang banyak untuk kantor cabangnya, namun dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Maka dari itu, sejak tahun 2016 lalu pemerintah mengadakan program Gerakan Nasional 1000 Startup Digital di beberapa kota besar di Indonesia yang tujuannya adalah melahirkan founder-founder startup baru dari negeri sendiri.

Inilah tahap Ignition 4 gerakan nasional 1000 startup digital wave 2

Tujuan diadakannya tahap ignition dalam proses seleksi 1000 startup digital adalah untuk memahami pola pikir para founder startup guna membangun mindset para calon founder startup. Menurut Ir. Tony Antonius yang merupakan perwakilan dari Universitas Ciputra Surabaya terdapat empat hal dalam enterpreneurship startup, yaitu:

  1. Mentor, yaitu siapa yang bertindak sebagai pengajarnya
  2. Menty, yaitu siapa yang belajar
  3. Metode, yaitu bagaimana metode yang digunakan
  4. Empowerment

Berdasarkan data yang dijabarkan oleh bapak Septian Tangkary, Direktur Pemberdayaan Informatika Kominfo disebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 51,8% atau sekitar 132,7 juta jiwa. Jumlah pengguna internet yang besar tersebut merupakan ladang subur bagi para pebisnis yang bergerak di dunia cyber. Dengan banyaknya jumlah pengguna internet tersebut dan dengan upaya pemerintah dalam membangun infrastruktur fiber optic di seluruh wilayah Indonesia, diharapkan pada tahun 2020 akan terdapat 1000 starup baru yang didirikan oleh anak bangsa yang menghasilkan nilai valuation sekitar 10 Juta USD perbulan. Dengan demikian Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian digital terbesar di Asia Tenggara dan dapat menghambat keluarnya devisa Indonesia yang disebabkan penggunaan portal website yang basisnya berada di luar negeri.

Dalam membangun sebuah startup baru diawali dari sebuah permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat yang perlu dicarikan solusinya untuk dipecahkan permasalahannya, bukan berawal dari bisnis semata. Menurut Putri Tanjung, founder Event Creator, seorang enterpreneur harus memiliki inovasi, enterpreneur mindset, serta dapat membaca peluang bisnis. Sedangkan seorang founder startup harus memiliki jiwa fokus dan konsistensi, leadership, kecakapan berpikir kreatif yang tangkas, serta kemampuan interpersonal dan komunikasi menurut Putra Nababan, founder & COO idtalent.id. Dengan demikian dapat terciptanya sebuah startup yang beda dari yang lainnya sehingga produk startup tersebut dapat disambut baik oleh masyarakat. Tahapan penentuan sebuah produk startup adalah sebagai berikut:

  1. Mapping problem, yaitu pemetaan sebuah permasalahan yang diangkat
  2. Sketching sollution, adalah pengumpulan solusi-solusi yang akan diproduksi menjadi produk startup
  3. Choosing the best solve, merupakan penentuan pemecahan masalah yang terbaik yang akan dijadikan produk startup
  4. Making the prototype, yaitu pembuatan prototype dari startup
  5. Testing, yaitu uji coba produk terhadap masyarakat

Salah satu metode untuk mengetahui apakah produk startup benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat atau tidak adalah dengan cara membuat kerarangka MVP Minimum Valuable Product). Berdasarkan Prasetyo Andy Wicaksono, Head of IT Development Jakarta Smart City dikatakan bahwa MVP adalah sbuah produk dengan minimfitur mminimum untuk mendapatkan data pembelajaran yang valid tentang produk startup yang dimiliki dan selalu berkesinambungan. Konsep dari metode MVP ini adalah pengembangan fitur dari yang paling sederhana hingga ke yang paling kompleks yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dapat dibuktikan dengan test pada beberapa orang guna mendapatkan feedback tentang masing-masing fitur tersebut.

Semiotika

Semiotika berasal dari bahasa Yunani “Semeion” yang memiliki arti “tanda”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Semiotika merupakan ilmu (teori) tentang lambang dan tanda (dalam bahasa, lalu lintas, kode morse, dan sebagainya). Jadi, dapat disimpulkan bahwa semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Konsep mengenai tanda adalah dimana suatu makna timbul akibat adanya korelasi antara sesuatu yang ditandai dengan sesuatu yang menandai yang bersifat asosiasi.

Charles Sanders Pierce

Menurut C. S. Pierce, tanda, acuan, dan penggunaannya merupakan tiga titik segitiga yang saling berkaitan. Tanda A menunjukkan suatu fakta (dari objek B), kepada penafsirnya yaitu C. Sehingga, tanda bukanlah entitas yang berdir sendiri namun tersusun dari tiga elemen tersebut. Menurut Pierce, unsur A adalah tanda itu sendiri, unsur B merupakan objek, dan unsur C adalah penafsir yang berperan sebagai pengantar.

Menurut Pierce, tanda ”is something which stands to somebody for something in some respect or capacity”. Artinya, sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi disebut ground oleh Pierce. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object dan interpretand. Atas dasar hubungan ini, Pierce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground baginya menjadi qualisign, sinsign dan lesign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda; misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Lesign adalah noma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia (Sobur, 2003:41). Pierce membagi tanda menjadi tipe-tipe : ikon, indeks dan simbol.

Claude Levi-Strauss

Menurut Strauss, material yang digunakan dalam membangun bahasa pada dasarnya adalah material yang sama tipe/jenisnya dengan material yang membentuk kebudayaan. Material itu, adalah relasi-relasi logis, oposisi,korelasi, dan sebagainya. Menurut Ahimsa Putra (2001), Levi-Strauss mengemukakan beberapa asumsi yang mendasari penggunaan paradigma (linguistik) struktural dalam menganalisis kebudayaan.

Pertama, beberapa aktivitas sosial seperti mitos/dongeng, ritual-ritual, sistem kekerabatan dan perkawinan, pola tempat tinggal, dansebagainya, secara formal dapat dilihat sebagai bahasa, yakni sebagai tanda dan simbol yang menyampaikan pesan tertentu. Ada keteraturan (order) 

dan keterulangan (regularities) dalam fenomena-fenomenatersebut.

Kedua, kaum strukturalis percaya bahwa dalam diri manusia secara genetis terdapat kemampuan

structuring , menyusun suatu struktur tertentu di hadapan gejala-gejala yang dihadapinya. Gejala-gejala itu mungkin membentuk suatu struktur yang disebut struktur permukaan (surface structure). Tugas seorang strukturalis adalah menyingkap struktur dalam (deep structure) 

dari struktur permukaan tersebut.

Ketiga, sebagaimana makna sebuah kata ditentukan oleh relasi-relasinya dengan kata-kata lain pada suatu titik waktu tertentu (sinkronis) , para strukturalis percaya bahwa relasi-relasi suatu fenomena budaya dengan fenomena-fenomena lain pada suatu titik waktu tertentulah yang menentukan makna fenomena tersebut.

Keempat, relasi-relasi pada struktur dalam (deep structure)  dapat diekstrak dan disederhanakan menjadi oposisi biner (binary opposition), misalnya

menikah >< tidak menikah

siang >< malam

hitam ><putih

besar >< kecil

dan sebagainya.

Kelima , sebagaimana orang menerapkan hukum-hukum bahasa tanpa sadar, demikian pula orang menjalankan “hukum-hukum” dalam hidup sosial-kemasyarakatan tanpa sadar.

Roland Barthes

Menurut Barthes, walaupun tanda adalah sifat asli namun tanda membutuhkan keaktifan pembaca agar sifat dari tanda tersebut dapat berfungsi. Bagi dia, semiotika tidak hanya memiliki makna denotatif saja, namun juga memiliki makna konotatif yang dimana makna ini memiliki pengaruh yang lebih besar. Tanda konotatif tidak hanya memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Semiotika bertujuan untuk memahami sistem tanda  dengan berbagai substansi dan limit, sehingga seluruh fenomena dapat ditafsirkan sebagai tanda.

Umberto Eco

Menurut Eco, proses semiosis menjadi landasan dari cara kerja semiotika, sehingga tanpa proses semiosissemiotika tidak akan pernah ada. Semiosis menjadi dasar dari semiotika karena dapat menuntun para pembaca tanda untuk menentukan arah kebenaran yang lebih rasional. Eco menyimbulkan bahwa “satu tanda bukanlah entitas semiotik yang dapat ditawar, melainkan suatu tempat pertemuan bagi unsur-unsur independen (yang berasal dari dua sistem berbeda dari dua tingkat yang berbeda yakni ungkapan dan isi, dan bertemu atas dasar hubungan pengkodean”.

Derrida

Teori dekonstruksi Derrida muncul sebagai kritik terhadap teori Susserian. Saussure merumuskan teorinya melalui adanya oposisi biner (2 hal yang berlawanan) seperti langueparole, ucapan- tulisan, ada-tidak ada, murni-tercemar, yang mana yang pertama sifatnya lebih menguasai yang kedua alias yang pertama ini lebih superior sedangkan yang kedua cenderung inferior sehingga seolah-olah yang pertama memiliki hak istimewa sementara yang kedua dilecehkan. Bangunan metafisika Saussure, menurut Derrida, yang diberikan pada tuturan (ucapan) adalah dengan menjadikan suara  sebagai metafor kebenaran dan autentisitas, sumber dari tuturan yang “langsung” dan hadir pada dirinya sendiri sebagai lawan dari limpahan sumber tersebut yang tak hidup dan sekunder, yakni tulisan. Bagi Derrida, teori oposisi Biner Saussure justru akan berujung pada penolakan terhadap kebenaran tunggal atau logos (pengetahuan) itu sendiri. Sebaliknya, cara yang ditawarkan Derrida untuk menemukan makna yang tersembunyi adalah dengan membuka selubung, kemudian melihat isi secara terpisah, dan membuang seluruh relasi yang ada antara kata dan konsep.

 

Sources:

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/semiotika

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/16803/?sequence=4

http://www.academia.edu/1045086/S_E_M_I_O_T_I_K_A_TENTANG_MEMBACA_TANDA-TANDA

https://hidrosita.wordpress.com/2013/12/14/sekilas-mengenai-dekonstruksi-derrida/

Review Film Coco

Hey guys! It’s writing time again!

Screenshot_2018-02-02-11-07-44

Kali ini aku akan mereview film animasi 3D besutan pixar yang berjudul Coco. Jadi film berlatar belakang Mexico ini mengisahkan seorang anak laki-laki bernama Miguel yang suka banget dengan musik namun keluarganya melarangnya untuk bersentuhan dengan apapun yang berbau musik. Pada awal scene-nya penonton digiring untuk meninkmati indahnya keluarga kecil yang selalu bahagia dengan nyanyian disetiap saat tanpa ada beban. Kemudian kehidupan keluarga tersebut berubah 180 derajat ketika sang suami tak kembali setelah pergi untuk mengadu nasib menjadi pemusik di kota. Sang istri pun menjadi benci dengan apapun yang berhubungan dengan musik. Ia memutuskan untuk melanjukan hidupnya beserta anak perempuannya yang masih balita dengan menjadi pengrajin sepatu. Profesi beserta kebencian terhadap musik tersebut diturunkan kepada anak cucunya.

Miguel merupakan salah keturunan dari pengrajin sepatu tersebut yang akan dilatih untuk menjadi pengrajin sepatu. Namun, ia memiliki cita-cita untuk menjadi seorang artis dan diam-diam mengidolakan Ernesto de la Cruz, musisi legendaris yang pernah hidup dan jaya di negerinya. Tetapi, hobby dan cita-citanya ditentang mentah-mentah oleh keluarga besarnya dikarenakan insiden yang pernah dialami oleh moyang mereka dulu. Hingga ia terjebak dalam dunia orang sudah meninggal dan bertemi dengan seluruh keluarganya yang telah meninggal, bahkan de la Cruz, idolanya. Film ini memberikan pelajaran bagi kita semua, tidak hanya anak-anak, namun juga untuk para orang tua bahwa betapa pentingnya arti sebuah keluarga dalam hidup ini dengan balutan cerita yang tidak dapat ditebak alurnya dan berhasil membawa penontonnya pada berbagai suasana dengan epic. Namun, menurutku yang mengganjal dari film ini adalah pada scene saat Miguel dan Mama Coco menyatukan foto keluarga kecil leluhur Miguel yang sempat disobek pada bagian kepala sang suami oleh ibu Mama Coco terlalu dipaksa. Pada bagian tubuh sang suami terlihat sangat berisi, namun pada baggian kepalanya menunjukkan kondisi seorang yang kurus sehingga bentuk tubuh saat foto tersebut disatukan terlihat tidak proporsional. Namun, over all film ini sangat bagus dan mengedukasi sekali untuk para orang dewasa.

Menikmati Durian di Bukit Trenggalek

duren

Beberapa hari terakhir ini banyak sekali yang mengupoad postingan tentang buah durian di jejaring sosial. Bahkan, kakak ipar saya sendiri pun beberapa kali pulang membawa durian yang bejibun. Banyak sekali buah durian dari yang berukuran kecil hingga jumbo berlalu lalang di depan mata saya, baik itu wujudnya secara nyata, maupun maya. Sebagai salah satu penggemar buah yang kontroversial karena baunya tersebut, saya pun jadi ngiler ketika melihat dan mencium buah berduri tajam tersebut. Banyak sekali penjual durian dadakan di pinggir-pinggir jalan yang menambah penderitaan saya karena tak kunjung menikmati buah tersebut.

Penderitaan kangen saya akan lezatnya buah durian pun berakhir pada hari sabtu kemarin, ketika saya pergi ke Trenggalek, salah satu kabupaten yang terletak di ujung selatan Jawa Timur bersama teman-teman dan orang orang tua dari salah satu teman saya. Kami pergi ke sana untuk melakukan survey terkait matakuliah Destination Branding yang sedang kami tempuh di semester 6 ini. Di Trenggalek kami berencana untuk mengangkat Desa Wisata Durensari yang terletak di Desa Sawahan, Kecamatan Watulimo, kabupaten trenggalek. Kunjunan kali pertama ini tidak hanya untuk menggali informasi terkait Desa Wisata tersebut, namun kami juga mencoba paket wisata dari desa wisata yang berada di atas perbukitan di Trenggalek ini. Salah satu agenda yang kami lakukan adalah berjalan menyusuri hutan Durian di pagi hari dan menikmati durian terbaik dari desa wisata tersebut. Kami menikmati buah durian di tengah-tengah hutan durian yang asri nan rindang. Masing-masing dari kami mendapatkan satu buah durian berukuran sedang dan satu buah kelapa muda. Merasakan durian yang berwarna jingga dengan daging yang tebal dan bau yang tidak terlalu menyengat di tengah-tengah hutan yang asri bersuarakan nyanyian burung dan aliran air sungai memberikan kesan yang berharga bagi kami. Bagi saya pribadi ini adalah surga dunia yang terselip di antara perbukitan di bumi Trenggalek

Makna Kebahagiaan

 

20170508_070245Pernahkah kalian berfikir dan bertanya pada diri kalian sendiri tentang apa itu kebahagiaan yang sesungguhnya? Banyak di luar sana orang-orang yang mencari sumber kebahagiaan mereka masing-masing. Ada yang yang berhasil menemukannya, ada yang terlena dengan kesenangan semu, tak sedikit pula yang gagal menemukannya hingga waktunya telah habis di dunia ini.

Lalu, apa sebenarnya kebahagiaan yang sesungguhnya? Memiliki banyak harta? Banyak orang-orang kaya raya di luar sana yang hidupnya tidak bahagia. Memiliki jabatan penting yang dapat mengendalikan apapun semau kita? Apa bedanya? Memiliki pasangan yang romantis, baik hati, rupawan, dermawan, kaya raya, dan seterusnya? Ingatlah bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Sah-sah saja jika pendapat masing-masing orang berbeda mengenai kebahagiaan karena tidak ada manusia yang memiliki jalan cerita hidup yang benar-benar sama. Sehingga, mereka menilai sebuah kebahagiaan berdasarkan apa yang telah mereka alami. Begitu pula dengan saya. Bagi saya kebahagiaan yang hakiki adalah melihat orang lain, terutama orang-orang yang saya sayangi dan saya cintai merasa bahagia, walaupun saya harus menebusnya dengan tangisan darah atau bahkan menghilangkan diri saya dari dunia ini untuk selamanya. Memang terkadang sakit untuk melakukannya, namun apabila kita melakukan semua ini dengan ikhlas, InshaAllah kita juga akan merasakan kebahagiaan itu.

Pengalaman Keluar dari Zona Aman

DSC_2271

 

Bagi sebagian orang yang seusia dengan saya, berpetualang seorang diri di waktu remaja adalah hal yang biasa bagi mereka, terutama bagi laki-laki. Namun dengan kondisi saya yang dari kecil selalu diperlakukan bak seorang pangeran suatu kerajaan yang selalu dimanja, berpetualang seorang diri di kota orang merupakan suatu tonggak sejarah yang sangat berarti pada kala itu. Kisah tersebut terjadi pada akhir tahun 2015 lalu saat saya baru memasuki dunia perkuliahan.

Pada saat itu liburan semester ganjil akan segera tiba dan saya beserta ketiga teman saya berencana untuk berlibur bersama di Yogyakarta. Tiket kereta api pun telah kami dapatkan setelah pergi ke stasiun Gubeng Surabaya untuk membeli tiket secara offline, walaupun pada akhirnya kami membeli secara online melalui minimarket yang masih berada di area stasiun Gubeng dikarenakan loket sudah tutup.

Setelah beberapa hari pembelian tiket tersebut, salah satu teman saya yang pada awalnya sangat berantusias dan sudah berpengalaman plesiran seorang diri kemana-kaman tiba-tiba memberikan kabar bahwa dia membatalkan liburan kita dikarenakan alasan izin orang tua. Sontak pernyaaan dia membuat kedua teman saya yang lain dengan perlahan mengurungkan niat mereka pula. Namun karena saya tidak mau rencana yang telah saya buat jauh-jauh hari tersebut gagal, akhirnya saya tetap pada pendirian saya untuk melajutkan liburan tersebut walau seorang diri. Pada saat itu saya juga ingat dengan perkataan salah satu dosen saya bahwa saya tidak bisa selamanya berada dalam zona nyaman saya. Saya harus berani berpergian jauh tanpa didampingi keluarga. Hal tersebutlah yang juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan saya bersikukuh untuk tetap berangkat ke Yogyakarta seorang diri.

Hari keberangkatan pun telah tiba. Pada saat itu jarum jam menunjukkan hampir pukul 10 pagi dan saya sudah memasuki gerbong kereta api. Saat itu orang tua saya hanya mengetahui kalau saya berangkat dengan rombongan dari kampus saya, bukan seorang diri. Saya duduk di samping perempuan yang akan turun di stasiun Nganjuk. Di depan kami ada dua orang yang ternyata juga berniat untuk libuan di Yogyakarta. Kami pun mengobrol tentang rencana kami kami masing-masing. Salah satu dari mereka mengajak saya untuk join agar biaya sewa hotelnya lebih murah. Pada awalnya saya menolak tawaran tersebut hingga kami hampir berpisah setelah turun di stasiun Lempuyangan. Namun setelah dipikir-pikir memang lebih baik saya join dengan mereka. Pada akhirnya saya join dengan mereka.

Sore itu setelah kelar dari stasiun Lempuyangan kami berjalan menuju jalan tersohor di kota gudeg tersebut. Yup! Jl. Malioboro. Kami menyusuri jalan disekitar Jl. Malioboro tersebut untuk mencari penginapan yang murah untuk kami bertiga. Akhirnya kami mendapatkan penginapan yang sesuai walaupun terletak di gang sempit, namun sangat dekat sekali dengan Jl. Malioboro. Kami pun membayar penginapan tersebut untuk tiga hari dua malam kedepan dan dkami menyewa motor juga.

Setelah istirahat sejenak, kami langsung cabut untuk mencari makan malam dan jalan-jalan di sekitar Jl. Malioboro. Ketika kami hendak kembali ke penginapan, salah satu dari mereka mengajak kami untuk mampir dulu ke minimarket untuk membeli beberapa makanan ringan dan minuman. Dikarenakan persediaan uang saya menipis, saya memutuskan untuk mengambil uang di atm yang ada pada pojok minimarket tersebut. Insiden tak tertuga pun terjadi. Kartu atm saya tertelan pada mesin tersebut dan uang yang akan saya tarik juga tidak keluar. Yang lebih menggemaskan adalah perkataan salah satu kasir dari minimarket tersebut mengatakan bahwa pada mesin tersebut memang sering terjadi kasus kartu atm tertelan setelah kartu atm saya tertelan. Sebenarnya ini juga salah saya. Saya salah melakukan prosedur penarikannya sehingga kartu atm tersebut pada akhirnya tertelan. Memang pada masa itu saya masih baru memiliki kartu atm, jadi saya juga kurang mengerti cara mengoperasikan mesin atm dengan benar. Saya dan kedua teman saya pun bingung pada saat itu. Saya berusaha untuk menelpon call center bank tersebut untuk melakukan pemblokiran sesaat namun saya tidak hafal dengan nomor rekening saya.

Keesokan harinya, kedua teman saya tersebut pergi ke candi Borobudur. Sedangkan saya pergi ke kantor cabang bank saya untuk melaporkan kasus semalam. Beberapa menit kemudian dengan bantuan gps akhirnya saya tiba di kantor cabang terdekat walau sebelumnya saya salah masuk ke kantor utama yang dimana tidak digunakan untuk melayani pelanggan mereka. Customer service bank tersebut melayani saya dengan baik dan membantu proses pemblokiran sementara kartu atm saya. Namun sialnya, kartu atm saya tidak dapat dibuatkan ulang di sana dikarenakan saya menggunakan layanan tabungan offline sehingga saya hanya bisa membuat kartu atm saya hanya di tempat dimana saya mendaftarkan diri. Namun, setidaknya saya sedikit lega karena kartu atm saya sudah di blokir walaupun dengan sisa uang saya yang sudah menipis dan jadwal kepulangan saya masih esok hari.

Setelah saya selesai mengurus kartu atm saya yang membuat pusing itu, saya menuju stasiun Lempuyangan untuk melakukan cetak tiket kereta saya. Pada saat itu pencetakan tiket masih dapat dilakukan 48 jam sebelum jadwal keberangkatan. Di stasiun tersebut proses pencetakan tiket saya berjalan dengan lancar.  Setelah melakukan pencetakan tiket tersebut saya bingung harus kemana. Saya tidak mugkin ke Magelang untuk menyusul kedua teman baru saya tersebut dikarekanan uang saya sudah menipis dan hari masih pagi. Akhirnya saya pergi menuju alun-alun kidul. Kata orang, disana tempatnya sangat menarik, sehingga membuat saya tertarik untuk mengunjunginya. Beberapa menit kemudian saya sampai di alun-alun kidul. Disana saya hanya berputar mengelilingi alun-alun tersebut dan berhenti di salah satu pojokan untuk beristirahat. Ternyata saya salah timing. Di pagi hingga siang hari alun-alun tersebut saya hanya melihat anak-anak sekolah yang sedang berolahraga. Saya pun berusaha searching-searching untuk mencari destinasi wisata yang dekat dengan lokasi saya dan terjangkau. Pilihan saya pun jatuh pada Pantai Goa Cemara. Hanya sekitar 1-2 jam berkendara dari empat saya berada. Saya pun langsung cabut menuju pantai tersebut dengan mengandalkan gps.

Beberapa saat kemudian saya tiba di pantai tersebut. Di sana terdapat banyak sekali pohon cemara dan satu yang tidak membuat saya menyesal karena telah mengunjungi pantai tersebut adalah kondisi pantai tersebut sepi. Hanya ada beberapa orang saja sehingga tempat tersebut sangat cocok digunakan untuk menyendiri. Saya menyusuri berbagai sudut pantai tersebut selama beberapa jam dan kemdian saya kembali ke penginapan kami di Yogyakarta.

Singkat cerita, saat ini saya telah berada di semester 6 dan di salah satu mata kuliah saya pada semester ini ada tugas yang mewajibkan mahasiswanya untuk menggali salah satu kearifan lokal di Indonesia dan mengoptimalkan potensinya guna membantu pembangunan negeri ini berbasis pariwisata. Salah satu calon desinasi yang kelompok saya ajukan adalah Pantai Goa Cemara yang pernah saya kunjungi tersebut.

Tidak ada salahnya jika kita keluar dari zona nyaman kita, asalkan kita masih ada pada koridor. Dunia itu sangat luas. Selagi masih bisa, kenapa tidak? Kita tidak perlu takut akan hal apapun. Kita hanya boleh takut pada Allah SWT. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada diri kita, bahkan sedetik kedepan. Jodoh, rejeki, dan maut kita sudah di atur oleh Allah SWT.

DIFTERI (Pesan Untuk Para Ibu yang Sayang pada Anaknya)

Akhir-akhir ini telingaku sering disentil dengan kata-kata “difteri”, baik itu dari media informasi seperti televisi, radio, maupun percakapan orang-orang disekitarku, apalagi saya tinggal di dekat salah satu pusat pengobatan masyarakat yang ada di surabaya yang membuat kata-kata “difteri” dengan mudahnya menancap di otakku. Tapi tunggu dulu! Aku nggak tau makanan apa itu difteri??? Maka dari itu aku searching-searching-lah tentang seluk beluk difteri di mbah google dan gini hasilnya!

Jadi, difteri itu adalah infeksi selaput lendir pada bagian hidung dan tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyakit ini dapat dengan mudah menular pada orang lain melalui batuk dan bersin. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi yang sangat serius seperti masalah pernapasan, kerusakan jantung, kerusakan saraf, pendarahan, dan gagal ginjal (pada difteri hipertoksik), hingga berujung kematian. Hal ini dapat terjadi karena bakteri tersebut membentuk selaput putih ke abu-abuanyang tebal pada tenggorokan sehingga dapat menutupi saluran pernapasan. Selain itu, bakteri Corynebacterium diphtheriae juga mengeluarkan racun yang jika racun tersebut masuk ke dalam paru-paru atau jantung akan dapat menyebabkan peradangan.

Berdasarkan informasi yang dikeluarkan oleh pemerintah yang diliput Tribunnews.com, hingga desember 2017 wabah difteri sudah menjangkiti 142 kabupaten/ kota di 28 provinsi dengan jumlah korban meninggal sebanyak 38 orang, dan korban yang dirawat sebanyak 600 pasien. Menurut lansiran alodokter.com, pada tahun 2016 World Health Organization (WHO) mencatat terdapat 7.097 kasus difteri di dunia dengan 342 kasus berasal dari Indonesia. sejak tahun 2011 hingga 2016 telah tercatat 3.353 kasus difteri di Indonesia fluktuasi jumlah penderita yang naik turun setiap tahunnya. Hal tersebut membuat Indonesia berada pada posisi kedua di dunia dengan kasus difteri terbanyak.

Lalu kenapa hal ini bisa mewabah hingga kemana-mana? Salah satu faktor penyebabnya adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap imunisasi DPT pada anak-anak mereka dengan dalil yang beragam seperti:

  1. efek buruk imunisasi,
  2. keraguan terhadap kehallalan bahan vaksin,
  3. anggapan bahwa sistem imun telah terbentuk sejak lahir, hingga
  4. tidak bisa move on pada kasus vaksin palsu yang pernah merebak beberapa bulan yang lalu.

Sebenarnya semua alasan tersebut telah memiliki jawaban yang valid baik dari pemeritah, mui, hingga medis. Hanya saja masyarakat masih enggan untuk membuka dan mengupdate wawasannya dan tidak mau mencari jawaban yang konkrit.

Jadi untuk anda para ibu-ibu yang sayang pada anaknya tapi belum membekali anaknya dengan imunisasi DPT, apakah anda masih ingin menutup telinga anda rapat-rapat dan tidak mau membuka cakrawala informasi tervalidasi, serta menelan mentah-mentah informasi yang tidak jelas kebenarannya mengenai imunisasi dan difteri, sehingga anda membiarkan anak kesayangan anda berada dalam bayang-bayang bakteri difteri atau yang lainnya? Bukankah mencegah itu jauh lebih baik daripada mengobati?

Sumber:

www.alodokter.com/difteri

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20171208035427-255-260967/10-hal-yang-patut-diketahui-seputar-wabah-difteri

http://www.tribunnews.com/kesehatan/2017/12/28/ganasnya-difteri-sepanjang-2017-kasusnya-terbesar-di-dunia